Sejarah Di Rumah Bung Karno

Oleh Muhammad TWH

SALAH satu di antara rumah Bung Karno terdapat di Dusun Lau Gamba 1,5 dari kota dingin Brastagi. Bung Karno memang mempunyai banyak rumah di beberapa daerah di Indonesia ini, tetapi rumah-rumah itu bukan untuk kepentingan pribadi, tetapi untuk kepentingan anak cucu bangsa Indonesia.

Rumah-rumah yang dimaksud adalah rumah-rumah tempat Bung Karno ditawan baik di zaman penjajahan Belanda maupun di masa perang kemerdekaan. Rumah di dusun Lau Gamba adalah rumah tempat Bung Karno ditawan Belanda mulai tanggal 22 Desember s/d 3 Desember 1949 (Waspada 2/3).

Sejarah mencatat 19 Desember 1948 Belanda melancar agresinya yang kedua. Jogyakarta direbut para pemimpin Republik  semua ditawan. Presiden Soekarno, Perdana Menteri Sutan Syahrir, dan Menteri Luar Negeri H. Agus Salim diterbangkan ke Medan kemudian ditawan di sebuah rumah (Pasanggerahan) di Lau Gamba. Sedangkan Bung Hatta dan para pemimpin yang lain diterbangkan ke Bangka.

Tiga Peristiwa Di Lau Gamba

Rumah Bung Karno atau tempat Bung Karno, Sutan Syahrir dan H. Agus Salim ditawan Belanda itu adalah saksi sejarah, apalagi dalam tahun 2004 di depan rumah tersebut telah ditempatkan patung Bung Karno terbuat dari perunggu yang dikerjakan oleh perupa di Bali kemudian dibawa ke Lau Gamba.

Sebagai saksi sejarah, pohon yang rindang di samping kanan rumah tersebut kalau pohon itu bisa bicara dapat kita suruh bicara untuk mengungkapkan sejarah. Demikian juga ruang tengah rumah tersebut serta dinding-dindingnya yang mengetahui apa yang terjadi, kalau bisa bicara juga dapat kita suruh bicara. Salah satu ruang dekat dapur mengetahui apa yang terjadi juga bisa menjadi saksi sejarah.

Kalau pohon atau benda-benda mati itu bisa bicara tentu dapat mengungkapkan peristiwa sejarah apakah yang terjadi di rumah Bung Karno tahun 1948 itu? Berdasarkan hasil penelitian dan ungkapan dari saksi sejarah yang melihat yang mendengar, dan menjadi pelaku sejarah, ada tiga peristiwa sejarah yang terjadi di rumah Bung Karno tempat proklamator itu ditawan adalah sebagai berikut :

1. Bila sore hari Bung Karno selalu duduk di bawah pohon yang rindang disamping rumah di Lau Gamba itu. Bung Karno mengajak bicara beberapa orang serdadu Belanda yang masih muda-muda itu. Ngobrol itu kemudian meningkat menjadi penjelasan-penjelas an yang mendalam mengenai perjuangan para pemuda Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan Belanda lebih tiga setengah abad lamanya menjajah Indonesia.

Ada 4 orang serdadu Belanda yang “diceramahi” oleh Bung Karno, pada malamnya itu mereka menghilang entah kemana. Hal ini telah menimbulkan kegemparan di kalangan pasukan Belanda yang melakukan penjagaan terhadap Bung Karno serta dua petinggi Republik Indonesia. Kemudian baru diketahui keempat orang  tentara Belanda asli itu “membelot” ke pihak Indonesia.  Salah seorang diantaranya ragu hendak kembali kepada pasukannya, serdadu Belanda yang ragu ini ditembak mati oleh temannya sendiri.

2. Beberapa hari setelah Bung Karno, Sutan Syahrir dan H. Agus Salim ditawan di Pasanggerahan Lau Gamba itu, sekitar 8 orang pembesar Belanda tiba di Pasanggerahan tersebut.

Ruang tengah yang merupakan ruang makan itu telah disuruh kosongkan, meja dan kursi harus singkirkan semua. Tidak lama kemudian dari dalam kendaraan yang datang dari Medan diturunkan 2 dua peti dan diletakkan ditengah ruangan. Pembesar-pembesar Belanda yang baru datang itu berdiri mengelilingi kedua peti itu.

Peti pertama dibuka penuh dengan uang Gulden yang masih baru, dan satu peti lagi berisi pakaian-pakaian yang sangat mahal. Tidak lama kemudian Presiden Soekarno dipanggil dari kamarnya. Presiden Soekarno melihat kedua peti yang ada di tengah ruangan, sementara para pembesar Belanda berdiri-diri mengelilingi peti itu. Seorang pembesar Belanda menyodorkan satu surat yang telah disiapkan dan menyerahkan pulpen kepada Bung Karno untuk ditanda-tangani. Bung Karno membaca surat itu dengan wajah tidak senang dan beliau berkata : “Saya bapak rakyat, saya akan tanya lebih dahulu kepada rakyat, apakah rakyat setuju atau tidak saya menandatangani surat ini”. “Kemudian Bung Karno segera kembali ke kamarnya. Kuat dugaan surat yang disuruh tanda tangani oleh pembesar Belanda itu adalah surat pernyataan “menyerah” kepada Belanda, karena waktu Belanda menganggap seluruh Indonesia telah dikuasai. Kalau Bung Karno mau menanda-tangani surat tersebut Bung Karno akan segera diterbangkan ke Negeri Belanda.

3.Selama Bung Karno ditawan Belanda di Lau Gamba itu, beliau tidak mau makan makanan yang disediakan Belanda, hanya mau makan makanan yang dimasak oleh isteri pelayannya Karno Sobiran.

Beberapa hari setelah usaha “menyuap” Bung Karno dengan uang Gulden satu peti gagal, sebagaimana biasa pelayanan Karno Sobiran menyiapkan dan mengantar makanan ke kamar no. 1 yaitu kamar Bung Karno. Tiba-tiba Karno Sobiran dicegat oleh seorang Letnan Belanda dan menyerahkan kepada pelayan itu satu botol kecil untuk dicampurkan dalam makan Bung Karno : Belanda itu berkata, campur ini dalam makanan itu, supaya dia mampus”. Karno Sobiran segera membentak Belanda itu dengan mengatakan : “Gila kau, kau saja, bila berhadapan dengan dia seperti tikus kena minyak.” Karno Sobiran waktu itu tidak perduli akibat karena permintaan Belanda itu ditolak, kendatipun dia akan ditembak.

Sesudah itu Karno Sobiran terus mengantar makan ke kamar Bung Karno. Apa yang dialami waktu itu, Karno Sobiran saat itu tidak memberi tahukan pada Bung Karno, takut beliau kecil hati.  Setelah Belanda gagal menyuap dengan uang satu peti dan gagal meracun Bung Karno, maka ketiga petinggi RI yaitu Bung Karno, Sutan Syahrir dan H. Agus Salim dipindahkan ke Parapat.

Setelah Ungkapkan Peristiwa Sejarah

Kendatipun Bung Karno ditawan di Pasanggerahan Lau Gamba hanya 12 hari, namun telah terjadi tiga peristiwa sejarah yang sebelumnya tidak pernah terungkap. Peristiwa sejarah itu diungkapkan oleh pelayan Bung Karno yang melayani Bung Karno sejak hari pertama tiba di tempat itu hingga dipindahkan ke Pasanggerahan di Parapat.

Informasi yang di peroleh oleh Drs. Alinafiah Sitepu yang menyatakan bahwa mantan pelayan Bung Karno masih hidup dan tinggal di Jalan Kapten Muslim Gang Sidomulyo. Penulis bersama Drs. Saiful Anwar Tanjung pada tanggal 14 April 2001 segera pergi ke rumah mantan pelayan Bung Karno itu bernama Karno Sobiran.

Wajahnya kelihatan berseri, kendatipun umurnya waktu itu sudah 89 tahun, tapi ingatannya masih jernih sekali, pertanyaan-pertanya an kami semua dijawab dengan baik. Katanya apa yang diterangkan mengenai pengalaman dan kesaksiannya apa yang terjadi di Pasanggerahan Lau Gamba itu “Lillahitaala”.

Setelah peristiwa sejarah ini terungkap ke masyarakat luas di Sumatera Utara ini, tanggal 13 Agustus 2001. Utusan Taufik Kiemas suami Presiden Megawati menjumpai mantan pelayan Bung Karno itu dan menyerahkan deposito Rp. 25.000.000,- . Menurut Herawati puteri Karno Sobiran uang tersebut digunakan untuk membangun rumah diatas tanah yang memang telah ada.

Saksi dan pelaku sejarah Karno Sobiran tanggal 23 April 2002 meninggal dunia tutup usia 90 tahun. Peristiwa sejarah  ini telah kami rekam dalam buku kami yang berjudul “Pemimpin Republik Ditawan Belanda di Brastagi dan Parapat” yang terbit tahun 2003.

Ketika Panitia Kabupaten Tanah Karo akan meresmikan patung Bung Karno didepan Pasanggerahan Lau Gamba itu tahun 2004, dan meminta petunjuk pada Gubernur H.T. Rizal Nurdin. Kepada Gubernur diharapkan ada seseorang untuk berbicara dalam acara peresmian itu untuk menyampaikan peristiwa sejarah yang terjadi ketika Bung Karno ditawan ditempat itu. Gubernur H.T. Rizal Nurdin menunjuk kami untuk berbicara dalam peresmian patung Bung Karno yang dilangsungkan di Lau Gamba tahun 2004 itu.

Relief Peristiwa Sejarah

Baik pemerintah propinsi maupun pemerintah kabupaten ingin menjadikan “rumah tempat Bung Karno ditawan itu dijadikan objek wisata sejarah, untuk itu pemandu wisata perlu dibekali dengan peristiwa sejarah yang terjadi tempat tersebut.

Alangkah baiknya kalau di samping rumah Bung Karno di Lau Gamba itu dibuat relief. Ketika Bung Karno menceramahi empat serdadu Belanda, hingga mereka membelot ke pihak Republik. Ketika Bung Karno hendak disuap dengan uang Gulden satu peti dan diwaktu Bung Karno hendak diracun.

Di samping itu perlu dipersiapkan buklet-buklet dalam Indonesia bahasa Inggris, bahasa Belanda dan dalam bahasa Mandarin. Demikian juga mengenai buku-buku yang bernuansa sejarah perjuangan rakyat SU dalam mempertahankan kemerdekaan.

* Penulis adalah wartawan senior pemerhati sejarah

3 Tanggapan

  1. Bung Wartawan yang terhormat,alangkah indah nya bila artikel sdr di bubuhi foto2 tentang rumah BK untuk keseluruhan nya ,misalnya ruangan demi ruangan dan haklaman depan dsb nya kan lebih cantik artikel anda Ohhh ya aku bisanya cuma protes maaf ya bung wartawan……….

  2. mohon foto2 nya tentang rmah BK thanks be 4

  3. Masih adakah yang lain tentang kisah2 almrhm Bung Karno??????? tolong bagi2 dong ceritanya tak tunggu di *liadanmia@yahoo.com* ato *yuniamia@yahoo.co.id* thanks b 4 si kembar Lia dan Mia

Tinggalkan komentar