Senyum Monalisa…..Sri Mulyani

RENCANA duet SBY-Sri Mulyani membuat gerah kelompok sosialis seperti Todung Mulya Lubis, Marsilam Simanjuntak, Arifin Panigoro, Rahman Tolleng, dan Arief Budiman. Makanya, menurut sumber, mereka langsung merapatkan barisan untuk mengambil sikap.

Tak sekadar bersikap, mereka kabarnya langsung melakukan pertemuan dengan Sri Mulyani untuk memastikan rencana duet tersebut. “Mereka ngeri jika duet tersebut benar-benar jadi, sebab mereka sama-sama tokoh kesayangan Amerika,” ujar sumber di internal mereka.

Dalam pertemuan itu, Todung dkk mendapatkan jawaban mengejutkan dari Sri Mulyani. Menkeu itu mengakui jika dirinya memang diplot jadi cawapresnya SBY menggantikan posisi JK, namun pada saatnya nanti ia akan menolak tawaran tersebut. “Di sisi lain, JK sudah dilepas SBY, sehingga SBY kelimpungan mencari pengganti,” tuturnya.

Sumber Indonesia Monitor di internal Depkeu juga memastikan jika rencana duet SBY-JK bukan isapan jempol. Namun, ia menepis dugaan jika Sri Mulyani bakal menolak tawaran SBY. Saat ini, dia hanya berpikir bagaimana caranya agar hubungannya dengan dua bosnya, SBY dan JK, tetap baik-baik saja di tengah munculnya wacana duet tersebut.

“Makanya, Bu Ani (Sri Mulyani) sengaja menghindar kalau ditanya (wartawan) soal (isu) cawapres,” ujar orang dekat Sri Mulyani itu,Kamis (12/2).

Benar saja. Saat Raker Komisi XI DPR dengan Menkeu, Kamis (12/2), Indonesia Monitor mencoba mengonfirmasi isu duet SBY-Ani, Plt Menko Perekonomian itu benar-benar tak mau berkomentar soal itu. Ia juga tidak mau menanggapi kabar pertemuannya dengan kelompok sosialis itu.

Beberapa kali didesak pertanyaan yang sama, Sri Mulyani hanya melemparkan senyum simpul, penuh misteri. Berbeda saat dia ditanya soal APBN dan hasil raker dengan Komisi XI DPR, bekas dosen UI itu langsung nyerocos.

Juru Bicara Partai Demokrat Ruhut Sitompul membenarkan jika nama Sri Mulyani mencuat sebagai salah satu kandidat cawapres SBY pada rapimnas partainya, pekan lalu. Itu merupakan bagian dari proses penjaringan nama-nama yang masuk ke DPP.

Nama Sri Mulyani muncul, menurut Ruhut, berawal dari acara pembukaan ormas Jaringan Nusantara DKI Jakarta, beberapa waktu lalu. “Saat itu aku datang menjadi pembicara mewakili ketua umum, ada wacana yang muncul soal siapa cawapres yang bakal mendampingi Pak SBY. Beberapa peserta menyebut nama Sri Mulyani,” ungkap Ruhut kepada Indonesia Monitor, Rabu (11/2).

Ruhut juga setuju dengan usulan tersebut. Sebab, menurutnya, Sri Mulyani adalah sosok profesional yang jujur dan teruji. Dia berharap, di periode kedua kekuasaan SBY, pemerintah lebih fokus ke soal ekonomi dengan kesejahteraan rakyat.

“Kita ingin wapres Pak SBY nanti bisa membedakan kapan bertugas sebagai pejabat eksekutif dan kapan bertugas sebagai politisi. Selama ini kan selalu dicampur-baurkan. Sedangkan Pak SBY itu tidak begitu, betulbetul fokus memikirkan Republik ini untuk kesejahteraan rakyat,” paparnya.

Elite dan kader-kader Partai Demokrat, kata Ruhut, juga banyak yang sudah mengincar Sri Mulyani untuk mengisi posisi itu. Mereka melihat, selama ini dia sudah bisa bekerjasama dengan SBY, sampai-sampai dipercaya memegang dua jabatan penting di kabinet.

“Namun, semua itu tergantung keputusan Pak SBY. Kita hanya mengusulkan. Dan semua itu juga baru diputuskan setelah pemilu legislatif 4 April mendatang, sesuai saran beliau,” tuturnya.

Tak hanya elite Demokrat yang kepincut dengan Sri Mulyani. PKS, yang dulu begitu getol mengeritisi Sri Mulyani sebagai ‘wakil Amerika di kabinet’, juga ikut latah. Uniknya, mereka mengusung figur Sri Mulyani untuk dijodohkan dengan SBY, bukan dengan Hidayat Nur Wahid, capres mereka.

“Mungkin Sri Mulyani bisa menjadi kader PKS, sehingga bisa dicalonkan dari PKS untuk berduet dengan SBY,” ujar Ketua DPP PKS Zulkifliemansyah usai diskusi “Koalisi Setelah Pemilu Legislatif atau Sebelum” di DPP Partai Golkar, Selasa (10/2).

Sri Mulyani tampaknya sedang di atas angin. Entah, dia akan menerima pinangan capres incumbent, atau melempar kata talak.

Tinggalkan komentar